Jumat, 14 Desember 2012

seratus delapan puluh derajat



setelah gue abis nonton film thailand , gue terharu dan sedikit lucu juga karna di film ini gue jadi dapat inspirasi agar membuat sebuah crita mungkin sedikit lucu, gue sengaja meranin temen gue baca crita gue yaa?

‘Kriiiing.... Kriiiiing....’ untuk ketiga kalinya jam weker warna hijau bergambarkan tokoh kartun Ben10 berdering keras. Kristanto lagi-lagi mengulet untuk yang ketiga kalinya. Setelah wekernya berhenti mengeluarkan suara yang sangat dibencinya, Kristanto kembali menelangkupkan selimut ke wajahnya. Tidur lagi.
              Tak lebih dari 10 menit, handphone Kristanto bergetar. Panggilan masuk. Tangan Kristanto meraba-raba meja yang seingatnya tadi malam ia meletakkan  Nokia E-70nya di sana. Ia tak berhasil menemukan handphonenya. Namun handphone itu terus mengeluarkan getaran yang sangat menganggu kenyenyakan tidurnya. Terpaksa Kristanto membuka matanya dengan malas, ternyata ia berhasil menemukan handphonenya di bawah kakinya yang tertutup selimut. Dengan malas ia menekan answer.
              “Woi, kebo! Mana lu? Masih tidur? Liat dong jam berapa sekarang! 15 menit lagi OSPEK mulai!!” suara Raja.
              “Hm...” Kristanto masih mengatupkan kedua matanya. Namun tiba-tiba,
              “Hah?! OSPEK?? Ya ampun, gua lupa, Ja! Gua lupa! Gua bener-bener lupa!”
              “Lu mah kalo udah tidur kaya orang nggak bisa dibangunin lagi! Udah buruan! Gua tunggu di depan kampus!”
              “Iya iya.” Kristanto menekan tombol End lalu melempar handphonenya ke atas kasur tanpa perduli. Lalu dengan asal mengambil baju ia masuk ke kamar mandi.

              “Hosh.. Hosh.. Hosh.. Tega lu buat gua ngos-ngosan gini? Untung rumah gua gak jauh dari kampus ini.”
              “Ngek? Lu yang ngaret kenapa gua yang lu semprot?? Harusnya gua yang nyemprot lu! Kebakaran udah nggak bisa dipadamin lagi ni!!”
              “Ah, lebay lu! Yaudah masuk yuk! Udah pada baris tuh.”
              Sang kakak senior, mahasiswa dari kampus pilihan Kristanto ini sedang sibuk cuat-cuat di depan. Hari ini, hari terakhir OSPEK. Dengan begitu, jelas pula bahwa hari ini adalah hari kesialan terakhir yang terus menggelayuti Kristanto selama OSPEK berlangsung.
              Akhirnya tepat jam 4 sore kegiatan penutupan OSPEK itu selesai. Kristanto dan Raja berniat ke kantin untuk mengusir bunyi-bunyi yang sedari tadi berkicau dari perut mereka.
              “Kira-kira enak nggak ya makanannya?” seru Raja.
              “Enak nggak enak juga bakal nggak bersisa, Ja! Udah tau ni perut dari tadi udah dangdutan mulu!”
              “Hahaha, iya juga ya, Kris!”
              Setelah memesan dua porsi nasi goreng plus 3 plastik kerupuk mereka saling diam tak ada yang bersuara. Hanya dentingan suara sendok yang beradu dengan piring yang terdengar. Hanya dengan hitungan menit mereka telah menghabiskan satu piring penuh nasi goreng yang tadi dipesannya. Begitu juga dengan kerupuk-kerupuk yang kini hanya tersisa plastiknya.
              “Huh... Kenyang!” Raja menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi lalu menepuk-nepukkan perutnya sampai tiba-tiba terdengar suara “Eeeegh.” yang panjang.
              “Ih, jorok lu, Ja!” pekik Kristanto.
              “Haha, sekali-sekali, Kris!” Kristanto hanya bergidik.
              “Pulang nyok! Udah sepi nih.” Bahkan ibu-ibu kantin sudah beres-beres sisa barang dagangannya untuk dibawa pulang.
              “Nyok!” dua sahabat itupun mulai berjalan keluar melewati pintu gerbang kampus baru mereka.
              Di perempatan jalan, mereka berpisah. Raja tinggal di sebuah kost-kostan dekat kampus itu. Sedangkan Kristanto masih tinggal dengan kedua orangtuanya.
***
              Esoknya, entah kenapa Kristanto bangun lebih pagi dari biasanya. Ia tak lagi kesiangan. Ia sangat semangat untuk menyambut hari pertamanya sebagai seorang mahasiswa. ‘Huh, bebas rasanya!’ soraknya dalam hati.
              Pagi itu Kristanto berangkat lebih awal dari Raja. Dan itu baru sekali ia lakukan selama 6 tahun ia satu sekolah dengan Raja. Beberapa mahasiswa-mahasiswi lainnya juga sudah banyak yang datang.
              Tiba-tiba mata Kristanto tertuju pada seorang mahasiswi yang sedang duduk seorang diri sambil membaca sebuah buku yang tebalnya membuat Kristanto ingin muntah. Namun demi melihat wajah nan bercahaya itu Kristanto seperti ingin menelan kembali muntahnya. Mahasiswi itu duduk tak jauh dari Kristanto. Merasa diperhatikan, mahasiswi itu menoleh ke arah Kristanto. Satu detik, dua detik, pandangan mereka sempat beradu. Namun, seperti tersadar mahasiswi itu menunduk lalu bangkit dari duduknya dan berjalan entah ke mana. Kristanto dibuat speechless olehnya. Seluruh tubuhnya seperti kaku.
              “Woy, gua nggak mimpi nih? Jam segini lu udah dateng? Bengong lagi! Apa lu masih tidur ya? Cuma ngigo doang??”
              “Apa iya ya, Ja? Gua masih tidur?”
              “Coba ya gua buktiin lu masih tidur atau nggak.”
              “AAAUUUWW!! Gila lu, Ja! Sakit tau!”
              “Hehehe, kan gua cuma buktiin, Kris! Ada angin apa nih lu tiba-tiba berangkat pagi?”
              “Tapi gua ngerasa kaya lagi mimpi, Ja.”
              “Hadoh, gini nih efek nggak biasa bangun pagi.”
              “Gua ngeliat bidadari, Ja.”
              “Tuh kan, woy sadar, Kris! Ni di kampus! Bukan di Surga!”
              “Gua tadi liat cewek, Ja. Cakep.”
              “oooooooh... ini toh yang buat lu jadi setengah waras gini! Emm, bagus dong, Kris! Rasanya lu udah mulai bosen ya ngejomblo 2 tahun setelah putus dari Dini?”
              “Mungkin.”
              “Cewek kaya apa lagi nih yang mau lu gaet? Model-model Dini gitu lagi?”
              “Itu Ja, ceweknya.” Kristanto menunjuk seorang mahasiswi yang baru keluar dari pepustakaan.
              “Haaaah??? Itu mah beda seratus delapan puluh derajat, Kris!!”
              Ya, mahasiswi yang membuat hati Kristanto kini berdesir-desir adalah mahasiswi anggun berjilbab yang jalannya selalu menunduk. Walau begitu wajah putih bersihnya tak pernah lepas dari pandangan Kristanto. Semakin lama ia memandangi sosok bak bidadari itu, semakin lebar senyum di bibirnya. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar